Sabtu, 21 September 2013

Layanan Konseling Kelompok



Layanan Konseling Kelompok


 A  Makna dan Tujuan Layanan Konseling Kelompok
Dilihat dari sudut penyelenggaraannya dan dari segi siswa sebagai anggota kelompok, konseling kelompok sangat bermanfaat bagi siswa-siswa sekolah menengah umum. Selain efisien digunakan guru pembimbing di sekolah juga memiliki efektivitas yang tinggi untuk mengatasi masalah-masalah individu, khususnya menyangkut masalah interaksi sosial dengan orang lain. Disisi lain kegiatan konseling kelompok merupakan sarana pengembangan pribadi dengan belajar dari pengamatan dan pemahaman orang lain.
Berbeda dengan konseling kelompok, konseling individual merupakan proses belajar melalui hubungan khusus secara pribadi dan wawancara antara seorang konselor dengan seorang konseli (siswa). Konselor ditunjukan kepada individu yang normal, yang menghadapi kesukaran dalam menghadapi pendidikan, pekerjaan dan sosial dimana ia tidak dapat memilih dan memutuskan sendiri.
Merle M. Ohlsen (1970:1) menyatakan bahwa konseling kelompok adalah hubungan anatara guru pembimbing dengan satu atau lebih anggota yang penuh perasaan penerimaan, kepercayaan dan rasa aman.
Ciri khas atau unik dari hubungan tersebut adalah kemampuan guru pembimbing untuk mendengarkan, dalam artian memusatkan perhatiannya kepada kebutuhan-kebutuhan yang dirasakan anggota.
Dengan adanya konseling kelompok, maka tujuan yang ingin dicapai siswa sebagai anggota kelompok, seperti yang diungkapkan Dinkmeyer & J.J Muro (1979:11) adalah:
1.      Membantu masing-masing anggota kelompok untuk memehami dan mengnal diri membantu dalam proses mencari identitas diri.
2.      Membantu anggota mengembangkan perasaan berkelompok dan penerimaan oleh orang lain yang memberikan rasa aman dalam menghadapi tantangan hidup.
3.      Mengembangkan ketrampilan sosial dan kemampuan interpersonal pada diri anggota yang memungkinkan mereka untuk mengatasi tugas-tugas perkembangannya dalam bidang pribadi dan sosial.
4.      Membantu anggota merumuskan tujuan-tujuan khusus yang dapat diukur dan diamati dari segi perilaku, dan membantu mereka membantu komitmen.

B.     Proses Konseling Kelompok
Masalah perkembangan kelompok merupakan isu pokok dalam konseling kelompok. Apapun teori dan pendekatan yang digunakan guru pembimbing sebagai pemimpin kelompok, terlebih dahulu harus memahami dengan jelas tahap-tahap dari perkembangan kelompok.
Gazda (1984:62-66) mengelompokan pada empat tahapan dasar kelompok konseling, yaitu;
1.         Exploratory stage, pemimpin kelompok mengenalkan dirinya, menjelaskan tujuan dan menekankan pada peraturan-peraturan kelompok, membicarakan pengembangan mutu kepercayaan dan harapan. Pemimpin kelompok berusaha menjelaskan peranannya, sehingga anggota merasa empati dan menyiapkan dirinya dalam menghadapi keterbatasannya.
2.         Transition stage, pemimpin kelompok membantu anggotanya untuk mengatasi perasaan dan meresponnya dengan tindakan yang berorientasi kearah tujuan.
3.         Action stage, tahap ini berguna untuk memodifikasi anggota kelompok kearah perubahan yang diharapkan, salah satu caranya adalah dengan berinteraksi dengan anggota kelompok tersebut.
4.         Termination stage, pada tahap ini anggota kelompok mengekspresikan perasaannya sebagai pengalaman kelompok dan bagaiman proses mengatasinya. Dalam tahap ini pemimpin kelompok dapat memberikan ucapan selamat kepada anggota yang berhasil dalam pekerjaannya.

C.    Peranan Dinamika Kelompok Dalam Konseling
Layanan dengan pendekatan kelompok dalam konseling kelompok merupakan bentuk usaha pemberian bantuan kepada orang-orang yang memerlukan. Suasana kelompok, yaitu antar hubungan dari semua orang yang terlibat dalam kelompok, dapat merupakan wahana dimana masing-masing anggota kelompok (secara perorangan) dapat memanfaatkan semua informasi, tanggapan dan berbagai reaksi dari anggota kelompok lainnya untuk kepentingan dirinya dengan pengembangan diri anggota kelompok yang bersangkutan.
            Dalam konseling kelompok dengan dinamika kelompok, maka para peserta akan mengembangkan dirinya, melalui pengembangan-pengembangan sosial secara umum yang selayaknya dikuasai oleh individu-individu yang berkepribadian mantap dan memiliki rasa tanggung jawab sosial, serta kemandirian yang kuat.
            Disamping pengembangan diri secara umum, dalam gerak dinamika kelompok juga, diperoleh hal-hal positif berkenaan dengan muatan tertentu yang sengaja dirancang dan dirangsang terjadinya oleh pemimpin kelompok. Disini lah tampak tujuan dari konseling kelompok, yang pertama, pengembangan pribadi seluruh peserta berkenaan dengan kemampuan sosial. Kedua, pemecahan masalah bagi peserta yang masalah pribadinya dibahas (Prayitno, 1995:67).
D.    Penyelenggaraan Konseling Kelompok
Dalam pelaksanaan konseling kelompok, konselor merupakan pemegang kunci dalam rangka keberhasilan pelaksanaan konseling kelompok.
Menurut C. Gratton Kemp (1970)yang dikutip Masdudi (2003:43) hal-hal yang perlu dilakukan oleh seorang konselor dalam penyelenggaraan proses konseling kelompok, dikatagorikan atas dua proses yaitu:
Pertama, proses tingkah laku sosial:
1)        Menetapkan tujuan
2)        Memberikan informasi-informasi yang relevan
3)        Mendorong pemikiran ke arah tujuan
4)        Mendengarkan dan mengartikan pemikiran-pemikiran yang diekspresikan oleh klien
5)        Menyatukan buah pikiran atau ide-ide dengan tujuan
6)        Merefleksikan dan memperjelas ide-ide bilamana diperlukan
7)        Merangkum hasil pembicaraan
8)        Membantu mengerahkan upaya untuk mencapai suatu kesepakatan
Kedua, proses tingkah laku psikis, yang meliputi:
1)        Membiarkan situasi itu terstruktur
2)        Menyatukan bersama-sama ekspresi perasaan untuk mempertimbangkan lebih lanjut
3)        Merefleksikan dan memperjelas perasaan-perasaan yang diekspresikan apabila diperlukan
4)        Menghindari segala bentuk usaha untuk mencapai konsensus
5)        Berupaya untuk mengembangkan orientasi pemikiran dalam merespon
6)        Menilai terhadap cara kerja anggota tanpa adanya dorongan baik lisan atau verbal
7)        Mengharapkan adanya perbedaan dalam pandangan dan tingkat perasaan.







BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
            konseling kelompok adalah hubungan anatara guru pembimbing dengan satu atau lebih anggota yang penuh perasaan penerimaan, kepercayaan dan rasa aman.
Gazda (1984:62-66) mengelompokan pada empat tahapan dasar kelompok konseling, yaitua;
1.      Exploratory stage, pemimpin kelompok mengenalkan dirinya, menjelaskan tujuan dan menekankan pada peraturan-peraturan kelompok, membicarakan pengembangan mutu kepercayaan dan harapan.
2.      Transition stage, pemimpin kelompok membantu anggotanya untuk mengatasi perasaan dan meresponnya dengan tindakan yang berorientasi kearah tujuan.
3.         Action stage, tahap ini berguna untuk memodifikasi anggota kelompok kearah perubahan yang diharapkan, salah satu caranya adlah dengan berinteraksi dengan anggota kelompok tersebut.
4.      Termination stage, pada tahp ini anggota kelompok mengekspresikan perasaannya sebagai pengalamn kelompok dan bagaiman proses mengatasinya.
Dalam konseling kelompok dengan dinamika kelompok, maka para peserta akan mengembangkan dirinya, melalui pengembangan-pengembangan sosial secara umum yang selayaknya dikuasai oleh individu-individu yang berkepribadian mantap dan memiliki rasa tanggung jawab sosial, serta kemandirian yang kuat.
Dalam pelaksanaan konseling kelompok, konselor merupakan pemegang kunci dalam rangka keberhasilan pelaksanaan konseling kelompok.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar